Rabu, 13 Juli 2011

Dokter yang Baik

"Tidak ada suatu kesempatan, tanggung jawab, atau kewajiban yang lebih besar, dapat jatuh ke banyak manusia daripada menjadi dokter. Dalam perawatan penderitaan, dia membutuhkan keterampilan teknis, ilmu pengetahuan ilmiah, dan pemahaman terhadap manusia. Dia yang menggunakan ini dengan keberanian, dengan kerendahan hati dan
dengan kebijaksanaan akan memberikan sebuah layanan unik untuk semua pasiennya, dan akan membangun sebuah bangunan karakter abadi dalam dirinya. Dokter harus meminta takdirnya tidak lebih dari ini, dia harus puas dengan tidak kurang."

Begitulah kira-kira arti dari sebuah kutipan yang terdapat pada halaman pertama, paragraf pertama, edisi pertama buku Harrison's Principles of Internal Medicine yang dirilis pada tahun 1950. Kutipan tersebut seharusnya mengingatkan dokter betapa besar tanggung jawab yang ia miliki ketika dia menjadi seorang dokter. Dokter dituntut untuk menguasai semua aspek dalam penyembuhan penyakit, tanggap dalam menghadapi semua pasiennya yang memiliki keunikan dalam tiap tubuh dan jiwanya, serta memiliki sikap dan perilaku yang baik sehingga bisa digunakan dalam melayani pasienya dengan maksimal. Melayani pasien dengan baik merupakan tugas utama dokter, bahkan bisa dikatakan hal itu adalah takdir seorang dokter. Kepedulian, tanggung jawab, dan keikhlasan sangat diperlukan dokter dalam menjalani takdirnya sebagai pelayan bagi pasiennya. Sudah semestinya kebahagiaan terbesar seorang dokter adalah bisa melihat pasiennya sehat. Namun pada akhirnya dokter juga harus sadar bahwa dia hanyalah perantara dari Tuhan bagi proses kesembuhan pasien.

Sangat sukar untuk mengambarkan bagaimana dokter dikatakan baik. Dokter yang baik bukanlah dokter yang mampu menyembuhkan paling banyak pasien, karena pada beberapa spesialisasi, kesembuhan bukanlah satu-satunya hasil yang seringkali diharapkan. Bukan pula dokter yang membuat diganosis terbaik karena pada banyak kasus penyakit akan sembuh sendiri atau justru tidak dapat disembuhkan, dalam hal ini diagnosis tidak memberi perbedaan yang berarti bagi pasien. Selanjutnya, dokter yang baik bukan pula dokter yang tahu banyak fakta ilmiah karena dalam ilmu kedokteran, ketidaktahuan masih sering ditemukan pada beberapa penyakit. Dokter yang baik juga tidak selalu seseorang yang lembut, penuh belas kasih, dan jujur terhadap pasien karena kualitas ini seringkali tidaklah cukup bagi tindakan medis yang efektif. Bukan pula dokter yang menemukan fakta atau terapi baru karena sekarang ini informasi hanyalah sebagian kecil dari pengetahuan yang dapat disertakan ke dalam teka-teki mahabesar dari penelitian biomedis. Akan tetapi seorang dokter dapat dikatakan baik hanya jika dia memiliki sebanyak mungkin atribut-atribut di atas. Dokter yang baik secara bersamaan jujur, murah hati, rendah hati, memiliki keinginan yang besar, optimistik, dan efisien. Dia memberikan kepercayaan diri yang penuh kepada pasien dan setiap harinya memperbarui kualitas hubungan sehingga dengan sendirinya menolong tatalaksana yang baik bagi penyakit serta juga merupakan langkah awal terbaik saat berhadapan dengan semua penyebab rasa sakit dan penderitaan. 

Tidak mungkin memperkirakan apakah dokter itu baik atau tidak dengan hanya mengetahui bukti kecil yang sedikit. Dokter seharusnya menjadi teman yang baik bagi orang-orang. Semua orang menginginkan dokter yang dapat :
  1. menghargai orang, sehat atau sakit tanpa melihat siapa diri mereka
  2. mendukung pasien serta keluarganya kapanpun dan dimanapun mereka butuhkan
  3. mempromosikan kesehatan seperti halnya mengobati penyakit
  4. menjangkau kekuatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung pasien dengan informsi terbaik yang tersedia, sambil tak lupa menghormati nilai-nilai setiap individu
  5. meluangkan waktu untuk memberikan pertanyaan terbuka kepada pasien, mengizinkan pasien berbicara, serta mendengarkannya dengan seksama
  6. memberikan saran yang jelas, mengizinkan pasien berpartisipasi secara aktif dalam keputusan yang berkaitan dengan kesehatannya, menilai situasi dengan hati-hati, serta membantu apapun situasinya
  7. menggunakan bukti klinis sebagai alat, bukan sebagai faktor penentu pelayanan, dengan rendah hati menerima kematian sebagai bagian penting dari kehidupan, serta menolong pasien menyusun perencanaan yang terbaik jika kematian sudah dekat
  8. bekerja sama dengan anggota lain dari tim pelayanan kesehatan
  9. menjadi seorang pendukung yang baik bagi pasien-pasiennya, pembimbing bagi profesi-profesi kesehatan lainnya, dan siap sedia belajar dari orang lain tanpa memandang usia mereka, peran, ataupun status sosial. 

Akhirnya kita ingin dokter memiliki kehidupan yang seimbang serta melayani dirinya sendiri dan keluarganya sebagaimana orang lain. Sebagai kesimpulan kita ingin dokter bahagia dan sehat, penuh perhatian dan kompeten, serta teman seperjalanan yang baik bagi orang-orang dalam petualangan yang kita sebut kehidupan.


Referensi
  1. Anonymous. Tinsley Randolph Harrison, Wikipedia 2010; (online), (http://en.wikipedia.org/wiki/Tinsley_Randolph_Harrison diakses 5 mei 2010).
  2. Rizo CA, Jadad AR, Enkin M. What's a good doctor and how do you make one?. BMJ 2002;325:711-715

Tidak ada komentar: